Minggu, 29 November 2009


Cori Manasik Haji

Senin, 30 November 2009, 13 Zulhijah, Cori mengikuti kegiatan Manasik Haji, bersama teman-temannya dari Play Group Mujahidin. Wuiiih...senang dan terharu melihatnya. Cori nampak serius mengikuti kegiatan itu, meski sesekali konsentrasinya terpecah karena melihat ayah yang sibuk motret...

Pengalaman itu, sangat berharga bagi Cori. Meski baru 2,8 tahun, sudah diajarin bagaimana melaksanakan ibadah haji. Ibu dan ayahnya sendiri, tidak tahu tahapan demi tahapan menunaikan ibadah haji. "Serasa benar-benar sedang mengalami ya," kata ayah, saat memotret kegiatan itu.

Hemmm, ibu pun menjadi terharu. Lihat Cori sangat menikmati kegiatan tersebut hingga selesai. Puluhan orangtua pun ikut mengantar anak-anaknya. Namun situasi jadi tidak teratur, karena sebagian para orangtua itu, membaur di antara anak-anak peserta manasik.

Cori terlihat menjalani tahap demi tahap manasik haji itu. Mungkin tidak lengkap seperti penyelenggaraan haji sesungguhnya. Tapi cukup membuat Cori dan teman-temannya, menikmati. Ya... menikmati versi anak-anak. Masih jauh dari memahami.

Mereka menjalani tahapan, mulai dari melempar jumrah dengan berbekal 10 butir batu dari rumah. Kemudian berdiam sejenak, melakukan thawaf (mengelilingi ka'bah), minum air zam-zam untuk menghilangkan haus. Lanjut lagi, Sa'i berlari-lari kecil, mencukur rambut bagi peserta laki-laki, dan... menyaksikan pemotongan hewan kurban.

Kalau mau jelasnya, Cori, ini loh tahapan berhajinya: Ibu barusan riset di google.
Ada beberapa Rukun Haji, dan jika ditinggalkan, haji menjadi batal. Rukun itu:
1. Ihram; 2. Wukuf di Arafah; 3. Thawaf Ifadhah; 4. Sa'i; 5. Tahallul; 6. Berurut (Syafi'i)

Kemudian wajib-wajib Haji dan jika ditinggalkan, wajib memotong DAM: 1. Berihram dari Miqat; 2. Mengucapkan Talbiyah (minimal sekali); 3. Memakai pakaian khusus (pria: 2 potong kain tak berjahit. Wanita pakaian Muslimah); 4. Berada di Arafah hingga terbenam matahari; 5. Mabit di Muzdalifah (minimal lewat ½ malam); 6. Melempar Jumrah (hari pertama hanya Aqabah. Disusul 2-3 hari melempar seluruh Jumrah); 7. Mabit di Mina (2-3 malam); 8. lTawaf Wada'

Selesai kegiatan, wah wah wah... pada kehausan dan capai semua. Cori pun kelaparan. Dia makan bekal nasi plus telur asin dan kecap manis. Menu sederhana tapi favorit Cori setiap sarapan pagi.

Ibu terharu jadinya. Niat ibu bisa naik haji saat umur 38 tahun. Ternyata, sebentar lagi nak, tinggal dua tahun. Dua khan ya, ibu dan ayah bisa melakukan perjalanan seperti yang Cori lakukan hari ini...Amin...

Jumat, 30 Oktober 2009

Cori Belajar Memotret Awal

Cori sedang belajar memotret. Apa saja akan coba dipotret.

Gayanya nggak nahan. Lucu banget.

Cori memotret Shima dan nenek, saat santai duduk di ruang tengah sambil nonton televisi.

Saat itu, umur Cori masuk dua tahun.

Wah, sudah pinter, mau mengikuti jejak siapa nih nak???...

Salam sayang ya...

Selasa, 15 September 2009

Shima Tertawa

Shima selalu tersenyum dan tertawa ngakak sejak kecil....

Hehehehehe.......

Apalagi saat diajak bercanda. Shima akan tertawa lepas.

Saat Shima sedang belajar berdiri, Ibu ngajak Shima bercanda. Ayah motret saat Shima tertawa lepas.

Hasilnya, lihat sendiri deh....

Ekspresi Shima lucu banget...

Sabtu, 01 Agustus 2009

Cory Aquino, dari Ibu Rumah Tangga Menuju Presiden Filipina

Antara

Mantan presiden Filipina Corazon "Cory" Aquino, meninggal pada Sabtu (1/8), di usia 76 tahun. Ia merupakan orang yang enggan menjadi pemimpin, kendati ia memimpin revolusi yang memulihkan negaranya menuju demokrasi pada 1986.

Corazon Aquino, selama tiga hari pada Februari tahun 1986, dunia menjadi saksi saat perempuan yang berpakaian kuning terang tersebut memimpin jutaan orang dalam pemberontakan damai yang menggulingkan diktator Ferdinand Marcos, yang telah memerintah dengan tangan besi selama dua dasawarsa.

Selama enam tahun berikutnya, Corazon --pemeluk kuat Katolik Roma-- mengubah undang-undang dasar.

Namun masa jabatan kepresidenannya, menurut kantor berita Prancis, AFP, dikotori oleh sedikitnya enam upaya kudeta gagal oleh militer, pertikaian militer, serangan gerilyawan dan kegagalannya mengubah sistem politik yang didominasi oleh suku keluarga elit.

Majalah Times menjadikan Corazon sebagai "woman of the year"-nya pada 1986 dan pada 2006 menjadikan dia sebagai salah seorang pahlawan Asia, dan memuji dia sebagai "keberanian yang tenang" serta menggambarkan dia sebagai "lambang Kekuatan Rakyat dan aspirasi bagi orang lain yang sedang berjuang melawan tirani di seluruh dunia".

Corazon (76), yang menderita kanker usus besar, menolak perawatan medis lebih lanjut setelah ia masuk ke satu rumah sakit Manila pada penghujung Juni, dan anggota keluarganya menemaninya dan penduduk di negara tersebut berdoa bagi kesembuhannya.

Corazon, yang dilahirkan di Cojuangco di provinsi Tarlac di bagian utara Filipina pada 25 Januari 1933, berasal dari keluarga yang istimewa, berkuasa dan kaya.

Ia mengenyam pendidikan di Amerika Serikat dan Manila, dan tak memiliki ambisi politik, tapi semua itu berubah ketika ia bertemu dan menikah dengan Benigno "Ninoy" Aquiona, wartawan muda yang memiliki reputasi besar dan juga berasal dari suku Tarlac, pada 1954.

Ninoy dipandang oleh banyak orang sebagai calon presiden, tapi buat Marcos, yang saat itu menjadi senator, ia menjadi ancaman.

Pada September 1972, Marcos mengumumkan keadaan darurat dan memenjarakan ratusan pengeritik dan penentangnya, termasuk Ninoy, yang kemudian hidup di pengasingan karena alasan medis.

Corazon Aquino membantu oposisi bertahan hidup, dan berbicara lantang atas nama suaminya serta menuntut perubahan.

Pada 1983, Ninoy --yang tak mengacuhkan saran teman-temannya-- terbang kembali ke Filipina dari pengasingan di Boston untuk bertemu dengan Marcos, yang sedang sakit.

Namun bahkan sebelum ia keluar dari pesawat, ia ditembak oleh beberapa pembunuh.

Jandanya, yang dirundung sedih, terbang kembali ke Filipina, tempat ia secara menceburkan diri untuk menyatukan kubu oposisi.

"Saya tak berusaha melakukan pembalasan, hanya keadilan, bukan hanya buat Ninoy tapi buat rakyat Filipina yang menderita," kata Corazon saat ia dengan terpaksa menerima pencalonannya.

Setelah Marcos menang dalam pemilihan umum, yang dinodai oleh kecurangan besar, pihak oposisi --yang dipimpin oleh Corazon dan didukung oleh gereja Katolik-- segera mengumpulkan sebanyak satu juta orang di jalan.

"Kekuatan Rakyat" telah lahir, Marcos segera terguling dan Corazon diambil sumpahnya sebagai presiden.

Ia segera membentuk satu komite guna merancang undang-undang dasar baru, melucuti kroni Marcos yang menguasai ekonomi dan membebaskan sejumlah pegiat politik.

Corazon juga memulai pembicaraan dengan gerilyawan Muslim dan komunis, tapi upayanya segera kandas oleh berbagai masalah di dalam koalisi pemerintah yang ia bangun. Ia belakangan lolos dari serangkaian upaya kudeta berdarah.

Selama menjalani masa pensiun, dan sampai ia menderita sakit, Corazon tetap tampil di hadapan umum, dan seringkali berbicara lantang menentang pelecehan yang diduga terjadi di dalam pemerintah.

Ia menjadi pengeritik lantang Presiden Gloria Arroy, yang keluarganya telah dituduh melakukan korupsi besar, dan bergabung dengan protes di jalan guna menentang Arroyo sampai ia didiagnosis menderita kanker usus besar pada Maret tahun lalu.

Corazon pernahan mengatakan, "Saya menyadari bahwa saya dapat membuat keadaan jadi lebih mudah buat diri saya kalau saya telah melakukan tindakan yang terkenal, dan bukan menyakitkan, tapi tindakan yang lebih baik dalam jangka panjang. Namun, dalam jangka panjang, saya takkan ada untuk dipersalahkan."

Keluarga mantan presiden Filipina, Corazon Aquino, yang wafat Sabtu, setelah menderita kanker usus besar, memutuskan untuk melakukan pemakaman pribadi terhadap panutan demokrasi itu pekan depan.

Keputusan itu ditetapkan tak lama setelah Presiden Gloria Arroyo menawarkan pemakaman kenegaraan untuk Aquino, dan memerintahkan masa berkabung nasional selama 10 hari.

Putra Cory Aquino, senator Benigno Aquino Jr., mengatakan dia dan keempat saudara kandungnya memutuskan untuk memakamkan ibu mereka di samping mendiang suaminya, di suatu pemakaman pribadi di Manila.

"Itu sudah menjadi keinginan sejak awal," kata Benigno Aquino Jr. Ia menambahkan bahwa tak seorangpun dari kantor kepresidenan yang telah mengontaknya "atau saya menunggu untuk berbicara dengan seseorang dari sana".

Ny. Aquino mengambil alih kekuasaan setelah ia memimpin revolusi "Kekuatan Rakyat" yang menumbangkan diktator Ferdinand Marcos pada 1986.

Suaminya, Benigno "Ninoy" Aquino dibunuh oleh antek Marcos tiga tahun sebelumnya, saat dia pulang ke Manila, setelah menjalani masa pengasingan di Amerika Serikat.

Ny. Aquino, yang dikenal sebagai pengecam vokal korupsi, dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami pertikaian dengan Arroyo, yang keluarganya dituduh melakukan korupsi besar.

Benigno Aquino mengatakan jenazah ibunya akan disemayamkan ke kampus satu sekolah Katholik di Manila, dan akan diperlihatkan kepada umum Sabtu malam.

Missa harian akan diselenggarakan sampai Rabu, ketika jenazah Ny. Aquino akan dimakamkan di samping suaminya.


Corazon Aquino gives the Philippine revolution sign at Harvard
Philippine President Corazon Aquino gives the Philippine revolution sign to a standing ovation at Memorial Hall at Harvard University after delivering her address on September 20, 1986. Matina Horner, President of Radcliffe College (R) looks on. (UPI Photo/George Riley/Files)

Selasa, 28 Juli 2009

Cori Mulai Sekolah

Cori mulai masuk playgroup pada tanggal 28 Juli 2009.

Saat itu, ibu sedang pelatihan redaktur di Kantor Berita ANTARA di Jakarta.

Saat masuk play group, Cori belum mendapat seragam hingga seminggu lamanya. Terpaksa deh, pakai seragam biasa.

Cori cepat berbaur dengan teman-teman barunya.

Dia tidak menangis saat ayah pulang dan meninggalkannya di kelas.

Banyak dari teman Cori yang masih menangis, saat orang tuanya pulang. Mereka tak mau ditinggal. Orang tua terpaksa menungguin anaknya di sekolah.

Cori, belajar dan bermainlah dengan senang.....

Jumat, 17 Juli 2009

Cori yang Selalu Cemburuan

Ini foto diambil saat ultah kantor ayah ke-1 tahun. Saat ini umur Cori sekira 15 bulan, ibu sedang mengandung Shima.
Kelihatan Cori bahagia digendong ayah. Tapi saat ini, Cori selalu ngambek dan nangis.

Cori cemburu sama Shima, yang baru 10 bulan. Karena Shima belum bisa jalan dan selalu digendong ibu, ayah, nenek dan ayi secara bergantian.

Kalau sudah melihat itu, Cori ngambek dan menangis. Permintaannya macam-macam.

Ia sering melarang ibu mandi, ganti pakaian dan kerja. "Ibu dak boleh mandi, ibu dak boleh ganti baju, ibu dak boleh kerja," katanya.

Cori maunya dia bisa bermain-main dengan ibunya. Sementara ibu, harus masuk kerja. Kalau tidak ada kewajiban masuk kantor sih, ibu maunya kerja di rumah nak.... ibu hanya bisa bilang begitu.

Tapi anak seumur Cori mana bisa ngerti. Dia selalu menyodorkan kedua tangannya, untuk digendong. Aduuuh, kalau sudah begitu, ibu sedih dan kasihan melihatnya. Tapi mau gimana lagi? Ayah selalu menekankan, Cori tidak boleh manja dan harus dikasih tahu bahwa ibu dan ayah mesti kerja.

Yah...mungkin saat ini belum mengerti. Tapi sebentar lagi, pasti mengerti. Tapi yang jelas, Cori tidak boleh manja dan cemburuan. Kasihan khan sama Shima yang masih lebih kecil...
Untuk Cori dan Shima, akur-akur ya nak....








Kamis, 28 Mei 2009

Foto Keluarga saat Lebaran 2008

Foto Keluarga, saat lebaran.

Saat Shima 40 hari, ada yang hampir terlupakan. Yakni ketika kami foto bersama saat lebaran 2008. Saat itu, Tante Linda, Om Imam dan Tante Selvi, berlebaran di Pontianak.

Menjelang kepulangan mereka ke Jakarta, ayah mengeluarkan kamera Canon EOS 400D, maka kami pun berfoto bersama. Tante Inan, mendapat tugas memotret.

Shima dipangku nenek, Cori dipangku ayi, didampingi kiri dan kanan mereka, ayah dan ibu, tante Linda, tante Selvi dan om Imam.

Kedua cucu nenek dan ayi itu, kini tumbuh semakin besar.Cori sudah 2,3 tahun, Shima 8 bulan. Mereka selalu bermain bersama. Tapi kalau sedang rese' Cori suka ngambek. Wah... ini bahaya, dia suka mukul kepala Shima. Kalau Shima suka iseng, menjambak rambut Cori.
Akur lah nak... kalian akan terus menjadi sahabat dan kakak-adik, yang saling menyayangi.

Rabu, 22 April 2009

Shima Yang Cuek...

Shima Yang Cuek...
Shima sudah bisa duduk dan merangkak. Ia juga suka tertawa ngakak.
Tapi sesekali cueknya minta ampun. Lucu dan gemes dibuatnya.
Apalagi kalau baru bangun tidur. Kepalanya celingukan dan mata bergerak ke kiri dan ke kanan, mencari-cari sumber suara yang baru didengarnya.
Ia juga suka menjambak rambut kakaknya, Cori. Apalagi kalau lihat Cori sedang mimik susu botol sambil tiduran di tempat tidur.
Ketemu rambut sehelai saja, langsung ditariknya. Cori sambil menjerit kesakitan.
Bukan hanya rambut Cori, rambut nenek dan ayi yang sudah memutih, ayah yang gondrong pun, tak luput dari tarikannya. Shima...Shima... makin lucu aja nih....

Rabu, 04 Februari 2009

CORI BERJILBAB


Lihatlah Cori, sudah mengenal jilbab rupanya. Usianya hampir dua tahun. Ia akan berulang tahun pada Senin, 9 Februari mendatang. Bertepatan saat warga Tionghoa merayakan Cap Go Meh.

Tak ada acara khusus untuknya kali ini. Si ayah akan sibuk liputan ke Singkawang. Sementara ibu, akan "stand by" di kantor, mengedit berita-berita dari wartawan. Tak terasa, Cori sudah semakin besar. Ayah dan Ibu agak kaget juga melihat perkembangannya.

Semoga saja, dengan bertambahnya usia, Cori pun semakin dewasa (versi anak-anak), agar tidak cemburuan lagi dengan adiknya, Shima. Met ultah ya nak...